Menunggu KM Lambelu (putri)
Tepat pada pukul 04.30 kami tiba di Pelabuhan Makassar. Pada saat tiba di
pelabuhan kami mengira bahwa KM LAMBELU akan tiba pada pukul 06.00 ternyata tidak
seperti yang dibayangkan kami harus menuunggu kedatangan KM LAMBELU yang begitu
lama hingga mencapai pukul 12.00. pada saat menunggu kami sangat merasa lelah
ditambah lagi dengan keadaan cuaca yang tidak mendukung karena hujan yang turun
begitu deras dan membuat ombak semakin naik tetapi, pada saat itu kami
merasakan kenikmatan bersama teman teman yang takkan terulang kedua kalinya
lagi.
Menunggu teralu lama di pelabuhan membuat kami merasa kelelahan akhirnya kami pun tertidur dengan menggunakan alas tikar yang dibeli dengan harga 5.000/lembarnya. Meskipun demikian kami sadar bahwa kelelahan itu akan hilang dangan kesabaran dan keikhlasan. Sebagaimana pepatah yang mengatakan MAN ZHABARA ZHAFIRA Barang Siapa Yang Bersabar Maka Beruntunglah Ia.
Lain lain pengalaman ust Misran sambil menunggu kedatangan kapal sempat berbincang ringan dengan aktivis dakwah yang berasal dari Yordania yang hanya bisa dengan bahasa Arab. Berhubung ust Misran terampil dalam bahasa Arab jadinya komunikasi nyambung.
Tak terasa setelah jenuh menunggu akhirnya KM LAMBELU pun tiba di pelabuhan. Perasaan kami pun berubah menjadi bahagia karena sebentar lagi kami akan menaiki kapal bersama teman teman. Hujan yang deras tak mengurangi rasa bahagia kami yang telah lama menunggu kedatangan kapal tersebut. Akhirnya tepat pada pukul 12.oo kami pun manaiki KM LAMBELU. Dengan penuh hati hati kami berjalan dengan baris dua menaiki tangga yang basah karena hujan dan terus berjalan memasuki kapal hingga mencari tempat yang sesuai dengan tiket yang kami miliki. Setelah kami mendapatkan tempat yang pas akhirnya kami pun beristirahat. Malam itu adalah pertama kalinya kami tidur di atas kapal bersama teman dan pembina.
Menunggu teralu lama di pelabuhan membuat kami merasa kelelahan akhirnya kami pun tertidur dengan menggunakan alas tikar yang dibeli dengan harga 5.000/lembarnya. Meskipun demikian kami sadar bahwa kelelahan itu akan hilang dangan kesabaran dan keikhlasan. Sebagaimana pepatah yang mengatakan MAN ZHABARA ZHAFIRA Barang Siapa Yang Bersabar Maka Beruntunglah Ia.
Lain lain pengalaman ust Misran sambil menunggu kedatangan kapal sempat berbincang ringan dengan aktivis dakwah yang berasal dari Yordania yang hanya bisa dengan bahasa Arab. Berhubung ust Misran terampil dalam bahasa Arab jadinya komunikasi nyambung.
Tak terasa setelah jenuh menunggu akhirnya KM LAMBELU pun tiba di pelabuhan. Perasaan kami pun berubah menjadi bahagia karena sebentar lagi kami akan menaiki kapal bersama teman teman. Hujan yang deras tak mengurangi rasa bahagia kami yang telah lama menunggu kedatangan kapal tersebut. Akhirnya tepat pada pukul 12.oo kami pun manaiki KM LAMBELU. Dengan penuh hati hati kami berjalan dengan baris dua menaiki tangga yang basah karena hujan dan terus berjalan memasuki kapal hingga mencari tempat yang sesuai dengan tiket yang kami miliki. Setelah kami mendapatkan tempat yang pas akhirnya kami pun beristirahat. Malam itu adalah pertama kalinya kami tidur di atas kapal bersama teman dan pembina.
Tak terasa akhirnya jam telah menunjukkan pukul 06.00. Diantara kami ada yang masih tidur karena kelelahan dan ada pula yang berjalan menyusuri kapal untuk melihat keindahan di atas kapal. Ombak yang begitu besar membuat kepala kami terasa sakit. Saat itu kami hendak merasa kaget sebab ibu pembina kami sakit, dan bahkan sempat mual mual. Tapi kami dari santri putri berusaha untuk memijat dan mengurutnya hingga rasa pusing yang diderita pun bisa hilang. Kini waktu menunjukan makan siang, kami tak menyadari bahwa ternyata bekal yang kami bawa hampir habis sehingga kami pun, memutuskan untuk menyiram pop mie. Tak berapa lama kemudian seorang penjual rujak datang untuk menjajakan barang dagangannya karena tergiur dengan rujak itu kami pun membelinya dan tak peduli berapa pun harganya, karena kami membeli banyak, akhirnya kami pun mendapatkan 1 gratisan Rujak.
Selama hampir sehari itu pekerjaan
kami hanya tertidur dan bangun saat waktu makan tiba sampai pada pukul 16.00. Kecuali santri uyang mendapatkan giliran membuat catatan harian perjalanan ke kampung inggris harus berduskusi dan memeras otak merangkai kata menjadi kalimat. Selanjutnya kami
bergegas untuk membersihkan badan yang begitu penuh dengan keringat alias mandi
sore. Dan kami pun sempat membeli es lilin. Pada awalnya kami mengira bahwa
harga es itu hanya Rp.500 tetapi dugaan kami itu salah bahkan es lilin itu seharga
Rp 2.000/ biji. Yah mau tak mau kami pun harus tetap membayarnya kami sudah
mengambilnya dan memankanya. Namun itu juga meruapakan pelajaran bagi kami agar
sebelum membeli makanan sebaiknya harganya ditanyakan dulu dengan penjualnya
agar tidak timbul rasa penyesalan dibelakang
Di sore hari kami pun menghilangkan
rasa jenuh dengan berjalan jalan di atas kapal untuk melihat keindahan laut di
atas kapal. Dan berfoto foto dengan teman teman dan pembina, kami menyempatkan
untuk berfoto dengan seorang kakak yang ternyata akan pergi dengan tujuan yang
sama dengan kami tetapi beda study meraka kursus bahasa mandarin sedangkan kami
language english. Saking asyiknya berjalan jalan dan berfoto kami tak menyadari
bahwa waktu untuk mengambil makanan pun telah habis, kami sempat menyesal
karena kehilangan kesempatan untuk mengambil makanan tapi semua itu telah
terbayarkan dengan keindahan laut yang telah kami saksikan.
Sampai akhirnya kami pun memutuskan untuk malaksanakan
ibadah shalat di masjid secara berjamaah. Setelah shalat kami pun pulang ke
tempat kami dan mengambil pop mie untuk kemudian di siram dan digunakan makan malam bersama teman teman. Tak
terasa malam ini adalah malam terakhir
kami di atas kapal sebab pada pukul 01.00 nanti kami sudah sampai di pelabuhan
Tanjung Perak. Kami pun menunggu lagi hingga beberapa jam untuk sampai di
pelabuhan. Sambil menunggu kami pun melakukan beres beres barang dan bercrita
sambil bercanda. Tapi ada juga diantara kami yang tertidur karena beranggapan
bahwa dengan tidur maka waktu untuk
menunggu semakin tak terasa. Yah ini adalah kedua kalinya kami menunggu
tapi menunggu namun kali ini berbeda dengan menunggu pertama, sebab kami
menunggu diatas kapal sambil baring dengan tidak menggunakan alas tikar lagi tetapi
berbaring di atas matress.
1 komentar:
assalamu'alaikum, cuman saran baiknya mars darul falah juga di posting ustad supaya alumni-alumni masih ingat juga hehehe
Posting Komentar