Tiga Elang Hitam
Jam 08.30 kami berkumpul di lapangan
basket untuk mendengar pengarahan dari Ketua PH Yayasan Pendidikan Islam
Enrekang sekaligus melepas keberangkatan rombongan yang berangkat ke kediri.
Setelah itu kami menyalami semua guru dan staf yang ada di lingkungan sekolah
pada saat itu untuk meminta doa restu semoga perjalanan kami lancar dan selamat
sampai tujuan dan kepulangan kembali serta tercapai tujuan diadakan kegiatan
ini.
Bergeser mundur dari jam 08.00 WITA
seperti rencana awal, tepat pada jam 09.00 WITA tiga mobil sudah siap di halaman
pesantren. Ketiganya punya tongkrongan keren habis dan dingin beku dan tampilan
ketiganya sangat kompak, yaitu warna serba hitam polos, bahkan plat nomornya
sisa tersisa angka dan abjad kode daerah saja yang berwarna putih. Tidak ada
variasi stiker di bodinya, hanya ada sketsa kecil ceceran darah di sudut
dashboard belakang mobil pertama, dan di mobil yang kedua hanya ada tambahan
tulisan ‘dilema’ diatas trademark kijangnya. Sedangkan di mobil ketiga tidak
ada satupun tulisan yang menjadikannya semakin dingin beku. Tampak tiga anak
muda seusia kakak kami dengan gaya anak jago ngebut seperti di ‘The Fast and
Furious’ mendampingi tiga elang hitam.
Sebagaimana hasil briefing, mobil
pertama di isi oleh kelas 3 MTs yang terdiri 8 santri putri, di dampingi oleh Ustadz Misran dengan asistennya Ismail.
Mobil kedua diisi santri putri sma dengan pendamping ibu Andi Hamsina dan mobil
ke 3 di isi oleh ‘tim bodyguard’ karena terdiri atas santri putra smp dan sma
ditemani pimpinan rombongan kegiatan ini, pak Adi Warsito.
Awal perjalanan mobil pertama dan kedua berangkat duluan dan menunggu di
Malino, sedangkan mobil ketiga transit di Riso untuk sarapan dan kami pun
merasa iri melihat rombongan perempuan yang telah pergi tampa hambatan, saat mobil
berangkat tiba-tiba mobil singgah lagi di baba untuk mengganti ban, tapi
ternyata ini berlangsung lumayan lama. Setelah itu, kami pun berangkat dan harus
singgah di Baba untuk menjemput Arifin yang katanya sudah menunggu sejak jam
07.00 pagi !
Dengan kecepatan tinggi kendaraan dipacu dan tidak lama kami sampai di
Karrang bertemu dengan 2 mobil lain yang menunggu dan kamipun berangkat beriringan.
Lampu tanda rombongan di ketiga mobil dinyalakan bagaikan kedipan mata elang
yang berpacu dengan waktu bergegas mengantar kami mencari ilmu. Zigzag
bergantian sekaligus memposisikan mobil di jalan terbaik dan sesekali berubah
urutan.
Sabar Disayang Tuhan
Untuk menghindari rasa jenuh , kami bercerita satu sama lain sambil mendengarkan variasi musik yang didentumkan sound system
mobil. Remix, Pop, dan Rap dengan suara menggelegar menyubit dan menarik mesra
telinga dan perasaan sehingga perjalanan dapat kami nikmati. Saat adzan dhuhur,
mobil rombongan berhenti untuk menunaikan kewajiban sholat dhuhur sekalian
jama’ qashar di masjid di daerah Barru.
Setelah sholat kami pun melanjutkan
perjalanan untuk singgah ditepi pantai dekat Masjid An Nur untuk istirahat
sejenak sambil makan. Peserta Putri dan Ibu Andi Hamsina dengan sigap mempersiapkan
makanan dan setelah semuanya siap kami pun makan bersama di tanggul bibir
pantai. Ada yang makan duduk di kursi beton, ada yang dikursi kayu dan beberapa
teman makan jongkok di tanggul. Dengan menu yang sangat bervariasi dengan lauk
ayam, sambal goreng tempe, sambal tomat, dan buras sambil bercengkerama dan
melihat pemandangan sekitar kami makan dengan lahapnya.
“Plung ..”terdengar bunyi benda jatuh di air dan tersebar gelombang riak
air kecil. Semula kami mengira ada batu yang jatuh di air, belakangan cerita
yang ada adalah salah satu handphone salah satu teman kami jatuh di air.
Rupanya Miftahul Akbar yang menyimpan handphone di kantong celana depannya yang
mempunyai ukuran mulut kantong besar dengan posisi duduk jongkok tiba-tiba
handphonenya meluncur keluar dan jatuh di air. Handphonennya
dikhlaskan...karena tidak mungkin tertolong lagi. Sebagai teman saya berbangga
kepada Miftah karena dia tidak lama larut dalam kesedihan dan dalam melanjutkan perjalanan seolah tidak
ada yang hilang dalam dirinya...tetap ceria dan gembira.
Dan sesudah itu kami melanjutkan perjalanan kembali dengan kecepatan
tinggi. Mobil berzig zag di jalanan beton yang lebar. Jalanan trans Sulawesi
yang dikebut pengerjaannya terdiri atas 4 lajur memancing ketiga elang hitam
terbang meliuk-liuk mengikuti kelonya jalanan dengan kecepatan sektar 100
km/jam labih. Tanpa terasa kami sudah di Pangkep setelah perjalanan panjang di
Kabupaten Barru. Karena ada sesuatu yang lain kami lihat pada teman Sahid
Alfian langsung kami minta sopir menghentikan mobil...dan sesaat Alfian
meluncur keluar muntahannya. Sejak awal perjalanan ada satu teman kami yang
agak menahan diri bicara dalam perjalanan karena kadangkala dia dalam mabuk
perjalanan.
Kami langsung melanjutkan perjalanan melalui jalan TOL untuk langsung ke
pelabuhan. Sesudah melalui pemeriksaan di gerbang masuk Port Of Makassar kami
menurunkan barang perbekalan dan rangsel masing-masing. Bau busuk sangat
menyengat tercium di Pelabuhan sehingga kami bergegas memakai rangsel pergi
untuk istirahat sambil menunggu di Kantor Pemberangkatan sambil menunggu KM
Lambelu sandar. Yaa..sabaaaar, Karena Orang Sabar Disayang Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar