Begini Rasanya Naik Kapal Laut
Pagi hari kami terbangun dengungan azan subuh di kapal. Bergegas kami
membersihkan muka, berwudhu dan menaiki tangga naik ke dek atas bagian belakang
dimana mushola kapal berada. Cuaca cukup dingin dan tiupan angin buritan kapal
disertai sedikit air menerpa muka dan badan kami. Ombak yang tidak seberapa
besar silih berganti menghantam buritan kapal suara laut yang baru pertama kali
saya rasakan menambah suasana semakin dingin.
Arah kiblat di mushola diatur menyerong 45O dari arah kapal
sebab kapal dalam posisi mring ke arah barat daya dan tampak penuh jamaah
shalat subuh. Barangkali tidak mau melewatkan momen ibadah di duasana
perjalanan laut yang menggetarkan. Menggetarkan karena di dekiliking kapal yang
ada hanya air, air, air dan air. Tidak na,pak kapal lainnya, daratan ataupun
burung terbang. Barangkali terlalu jauh dari daratan sehingga burungpun tidak
nampak.
Seusai shalat diantara kami ada yang
masih tidur karena kelelahan dan ada pula yang berjalan menyusuri kapal
untuk melihat keindahan di atas kapal. Ombak yang begitu besar membuat kepala
kami terasa sakit. Bagi sebagian kecil dari kami yang pernah naik kapal laut
dikatakan ombaknya kecil dan tenag tetapi bagi kami yang belum terbiasa
goyangan kceil akibat ombak cukup membuat kami limbung dan pusing. Sempat kaget
juga dalam perjalanan awal ibu pembina kami sakit, dan bahkan sempat mual mual.
Tapi kami berusaha untuk memijat dan mengurutnya hingga rasa pusing yang
diderita pun bisa hilang. Sarapan pagi kami masih menghabiskan bekal dari
enrekang yang masih dalam kondisi bagus.

Dan saat makan siang sebagian masih makan bekal dan sebagian mulai menyiran
mie dari mie gelas dengan beragam merk dan rasa. Bahkan sebagian dari kami
telah mengambil jatah makan dari kamapal dengan nasi, sayur dan ikan sepotong yang
kemudian ditambah sambal goreng tahu, tempe untuk menambah citarasanya. Tak
berapa lama kemudian seorang penjual rujak datang untuk menjajakan barang
dagangannya karena tergiur dengan rujak itu kami pun membelinya dan tak peduli
berapa pun harganya, karena kami membeli
banyak, akhirnya kami pun mendapatkan 1
gratisan Rujak.
Selama hampir sehari itu pekerjaan kami hanya tertidur dan bangun saat waktu
makan tiba sampai pada pukul 16.00. Kami bergegas untuk membersihkan badan yang
begitu penuh dengan keringat alias mandi sore. Dan kami pun sempat membeli es
lilin. Pada awalnya kami mengira bahwa harga es itu hanya Rp.500 tetapi dugaan
kami itu salah bahkan es lilin itu seharga Rp 2.000/ biji. Yah mau tak mau kami
pun harus tetap membayarnya kami sudah mengambilnya dan memankanya. Namun itu
juga meruapakan pelajaran bagi kami agar sebelum membeli makanan sebaiknya
harganya ditanyakan dulu dengan penjualnya agar tidak timbul rasa penyesalan
dibelakang

Di sore hari kami pun menghilangkan
rasa jenuh dengan berjalan jalan di atas kapal untuk melihat keindahan laut di
atas kapal. Dan berfoto foto dengan teman teman dan pembina, kami menyempatkan
untuk berfoto dengan seorang kakak yang ternyata akan pergi dengan tujuan yang
sama dengan kami tetapi beda study meraka kursus bahasa mandarin sedangkan kami
language english. Saking asyiknya berjalan jalan dan berfoto kami tak menyadari
bahwa waktu untuk mengambil makanan pun telah habis, kami sempat menyesal
karena kehilangan kesempatan untuk mengambil makanan tapi semua itu telah
terbayarkan dengan keindahan laut yang telah kami saksikan.

Sampai akhirnya kami pun memutuskan untuk melaksanakan ibadah shalat di
masjid secara berjamaah. Setelah shalat kami pun pulang ke tempat kami dan
mengambil pop mie untuk kemudian di siram dan
digunakan makan malam bersama teman teman. Tak terasa malam ini adalah malam terakhir kami di atas
kapal sebab pada pukul 01.00 nanti kami sudah sampai di pelabuhan Tanjung
Perak. Kesempatan inipun kam manfaatkan dengan berjalan-jalan di buritan dan di
atas kapal untuk berfoto ria dengan teman-teman dan guru pembina kami. Barangkali
ust adi sudah terbiasa naik kapal laut sehingga tidak tertarik jalan-jalan
terus dan berfoto di kapal. Bagi kami inilah pengalaman pertama kali naik kapal
yang begitu besar bersama ribuan orang lain, yaa... KM Lambelu.
Oh, yaa..untuk urusan mandi kami tidak repot sebab toilet putra berada di
samping ruang yang khusus ditempati santri putri. Tempat santri putri memang
spesial sebab dalam satu ruang tersebut hany ditempat santri putri dari daruil
Falah yang tidak bercampur dengan penumpang lain. Sedangkan tempat putra harus
melewati satu pintu bertetangga dengan ruang putri yang bercampur dengan
penumpang lainnya. Toilet Putra dan Putri saling berhadapan pintu masuknya.
Bagi kami santri putra kadangkala hal ni yang membuat kami malu dan kikuk kalau
mau mandi sebab harus melalui ruangan putri. Maluuu..deeh. Biasa kami mengajak
teman kalau ada keperluan atau hajat yang menghariuskan kami ke toilet. Belum
pede broo..tetapi ada juga satu dua teman kami yang begitu pedenya lalu lalang
melalui santri putri, caper kali..
Lain lagi cerita Ust Adi yang tidak perbah mandi di toilet kelas ekonomi. Kalau mau mandi cukup bawa tas
plastik isi perlengkapan dan pakaian bersih dilipat sekan-akan membawa barang
penting lantas ust adi pergi naik ke dec 5 untuk mandi di ruang kelas. Ust. Adi
cerita bahwa kamar mandi dikelas terjaga bersih dan tidak bau smeentara toilet
kelas ekonomi kurang begitu terawat dan bau. Tetapi kam kurang berani
mencobanya sebab takut kalau tertangkap.
Kami pun menunggu lagi hingga beberapa jam untuk sampai di pelabuhan.
Sambil menunggu kami pun melakukan beres beres barang dan bercrita sambil
bercanda. Tapi ada juga diantara kami yang tertidur karena beranggapan bahwa
dengan tidur maka waktu untuk menunggu
semakin tak terasa. Yah ini adalah kedua kalinya kami menunggu tapi menunggu
namun kali ini berbeda dengan menunggu pertama, sebab kami menunggu diatas
kapal sambil baring dengan tidak menggunakan alas tikar lagi tetapi berbaring
di atas matress.
Sebagian besar dari kami tertidur, dan kami terbangun saat ustadz adi
membangunkan dan jam menunjukkan pukul 12.00 malam. Selanjutnya kami
bersiap-siap, cuci muka merapikan sebagian barang yang belum dikemasi dan saat
informasi dari kapal mengumumkan kapal merapat 30 menit lagi, kami bersama-sama
beriringan meninggalkan dec 2 kapal untuk naik ke dek 5 mendekati tangga
penurunan penumpang.
Dengan tetap memeprtahankan kekompakan kami menempel di dinding kapal
berbaris sambil memanggul tas rangsel masing-masing. Di depan, ust adi memimpin
rombongan, dibantu Akram, Arifin, Makbul selanjutnay deretan kelompok santri
putri didampingi ust andina dan disambung oleh rombongan pelindung putra di
pimpin ust Misran di belakang.
Indah pemandangan malam pelabuhan tanjung perak surabaya, akhirnya kami
akan menginjakkan kaki di daratan pulau jawa. Lebih luas rasanya cakrawal dunia
yang kami lihat, selama ini kami hanya terpaku di seputar bumi massenrempulu
tercinta, sekarang kami keluar kandang untuk mengejar pengalaman dan
pengetahuan demi masa depan. Dengan tegas petugas ABK khusus di pintu penurunan
menjaga, kemudian begitu tangga kapal menapak di pantai pelabuhan nampak
petugas pelabuhan dan ABK pengganti menaiki duluan ke atas. Kami menepi untuk
memberi jalan bagi mereka. Dan selanjutnay kami satu persatu menuruni anak
tangga satu persatu dengan hati-hati. Anak tangga kapal terbuat dari baja
sehingga kami ekstra hati-hati menapakinya.
Begitu menginjakkan kaki di pelabuhan, kami tetap mempertahan kan posisi
barisan dua dua. Rombongan kami gampang dikenali sebab kami dinstruksikan untuk
memakai jas pengurus OSDF berwarna hitam dengan logo darul falah di dada kanan.
Sekitar 300 meter kami masih harus
berjalan keluar dari pelabuhan menuju ke Bus Pariwisata Indosentosa berwarana
biru yang menunggu kami sejak jam 10 malam. Kami masuk ke Bus diatur dimana Ust
Adi, Ust Misran dans Ismail duduk di depan berdekatan dengan Sopir dan
Pendamping Sopir yang bernama Pak Jumadi. Santri Putri mengisi bagian depan
tengah dan santri laki-laki memenuhi ruang di belakang.