Isra dan Mi’raj tahun 1430 H, akan jatuh pada 20 Juli 2009; pas 40 tahun kembalinya manusia dari misi Apollo 11 ke Bulan (yg masih rame dibahas). Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Terlepas dari pro-kontra pendaratan Neil dan Aldrin di Bulan, bagi kita yang pingin merasakan misi Apollo 11, silahkan berkunjung ke Apollo 11 on the Internet berikut ini:
Misi Apollo 11 hanya sampai di permukaan Bulan, itu saja hanya satu mare yakni mare Tranquilitatis, belum ke mare lain yang sangat banyak di sana. Sementara Isra dan Mi’raj, menjelajah seluruh alam semesta tanpa terkecuali.
Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian. Artinya 11 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul. Jika Muhammad menjadi Nabi pada usia 40 tahun, berarti peristiwa Isra’ Mi’raj itu terjadi pada saat Muhammad berusia kira-kira 51 tahun.
Pada peristiwa Isra Mi’raj dapat dikatakan terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW sebagai hamba-Nya diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan menaiki buraq.
Bila kita sefaham dgn pola Imam Al-Asy’ri (Allohummarhamhu), maka model pemahaman peristiwa Isra’ wal Mi’raj yg selama ini kita dengar adalah seperti yang selama ini ada di masyarakat kita umumnya. Rasul SAW Isra’ dan Mi’raj, melalui jasadnya tanpa ditafsirkan macam2.
Lain lagi, bila kita mengambil model berfikirnya Wasil bin Ata’; maka pendekatan rasio akan mendominasi pemahaman kita akan peristiwa yang sangat monumental dalam Islam ini. Perjalan Isra’ dan Mi’raj hanyalah bisa kalau Rasul SAW melalui Ruh, atau alih dimensi dulu.
Sesuatu yang pasti bahwa peristiwa Isra wal Mi’raj benar2 ada. Secara naqli, sumbernya jelas al-Qur’an surat al-Isra dan surat Al-Najm. hadits2 Rasul SAW juga banyak, meski yang beredar di tengah2 masyarakat lebih banyak yg isro’iliyat alias dibumbu2i.
TAFSIR – SAINS ISRA MI’RAJ:
Surat Al-Isra’ ayat ke-1 adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1. Subhana = diartikan Maha Suci. Tetapi yg pas bisa kita pakai arti Maha Penggerak atau Maha Dinamis. Subhana bisa juga berasal dari kata ‘sabaha‘ artinya berenang. Mashdar lainnya adalah Tasbih, yang berarti gerak yang dinamis. Hakekat dari seluruh materi di alam semesta ini adalah bergerak, ber-rotasi dan ber-revolusi. Salah tiga dari materi alam semesta adalah Matahari, Bumi dan Rembulan. Rembulan atau Bulan ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Bumi. Bumi ber-rotasi dan ber-revolusi kepada Matahari. Matahari ber-rotasi dan ber-revolusi kepada pusat Bimasakti. Dan begitu seterusnya…
Jadi peristiwa Isra’ wal Mi’raj adalah fenomena pergerakan dan sangat dinamis, bukan sekedar aktifitas statis.
2. Asra = memperjalankan. Kata ini bentuk transitif (muta’addiy) dari kata saraa = berjalan. Di sini jelas bahwa Alloh Yang Maha Dinamis yang menentukan gerak dan diamnya, atau berjalan dan berhentinya hamba-Nya yakni Rasulullah SAW.
Jadi peristiwa Isr’a wal Mi’raj merupakan kehendak aktif Alloh SWT.
Jauhnya perjalanan?
Secara manusiawi…maka jarak tempuh Isra’ adalah : Mekkah – Palestina, sekitar 1.200 km:
Selanjutnya, perjalanan Mi’raj seperti dijelaskan dalam surat An-Najm yang terbagi dalam dua tahap:
tahap 1: Gelombang ke Partikel
Ayat 1-11 surat An-Najm, menjelaskan perihal transfer dimensi dari Jibril kepada Rasululloh SAW yakni transfer dimensi cahaya kepada dimensi suara.
tahap 2: Partikel ke Geombang
Selanjutnya ayat ke 12 – 17 surat An-Najm, adalah menjabarkan praktikum Rasululloh SAW untuk melakukan transfer balik dari dimensi suara atau partikel menuju ke dimensi cahaya atau ‘gelombang elektromagnetik’.
Dan perjalanan saat itu tidak mengenal lagi hukum fisika. Dimensi waktu telah terlampuai. Jangkauan Rasululloh SAW seperti dikupas Pak Agus Musthofa dalam buku2nya, pandangan Rasululloh mampu mencakup semua dimensi di bawah layer malaikat.
Kalau Mi’raj, maka secara masnusiawi Rasul SAW akan lepas dari Bumi. Dan lebar Bumi sekitar 12.700 km:
Lalu, kita manusia akan membayangkan, Rasul SAW lepas dari Tata Surya kita. Dan lebarnya 9 milyar km.
Berikutnya lepas Tata Surya masih harus lepas dari Galaksi kita yang panjangnya:
Selengkapnya Tour de universe ada di [ Cosmic Distance Scales ]
3. ‘Abdihi = hamba-Nya. Hamba adalah lemah, hamba adalah tidak berdaya. Di sini jelas, bahwa isra’ wal Mi’raj itu bukan kemauan Rasulullah SAW, karena beliau sebagai hamba yang hanya bergantung atas kehendak Alloh SWT dalam melakukan perjalannya.
Jadi dalam Isr’a wal Mi’raj, Rasululloh SAW tidak berjalan sendiri, tetapi di’bantu’ Alloh dalam melakukan perjalanan itu.
4. Lailan = Malam hari. Malam adalah simbol kebalikan dari siang. Dua istilah yang sangat erat dengan konsep waktu. Mengapa harus malam.?
Malam memiliki keheningan, malam menyibakkan kegelapan, yang merupakan arah dari pandangan mata yang tidak pernah akan berujung. Dan perjalanan Isra’ wal Mi’raj adalah perjalanan Rasul SAW yang tidak mampu dijejaki ujung finalnya. Alam semesta nan luas …
5. Masjidil Haram-Masjidil Aqsha = Dua starting point yang diberkahi. Dua lokasi yang dipilih Alloh dengan titik koordinat yang terpisah antara batas utara pergerakan tahunan Matahari. Dua lokasi sebagai kiblat pertama dan terakhir. Dan inilah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Kalau kita mau berfikir.
Hikmah yg paling utama,
mari kita jaga sholat yang lima waktu, lebih2 sholat shubuh; kalau bisa jamaah di masjid yaaaa…
Copy File From : http://pakarfisika.wordpress.com
Link2 terkait:
Tulisan lama seputar Isra’ wal Mi’raj
Isra Mi’raj dan Hakekat Sholat
Isra’ Mi’raj Einstein dan Kebenaran Wahyu Ilahi
Alloh a’lamu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar